Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Wednesday, April 30, 2008

The Gorgeousless Traveller (Sore : Menonton Sore)
















Gue selalu ingin segera sampai di rumah setiap kali bubar kantor, kecuali Jumat di akhir pekan tentu saja. Tapi kamis sore itu, adanya tiket invitation untuk menonton launching album terbaru Sore adalah sesuatu yang tidak bisa dilewatkan. Yudi Nugroho memang selalu menjadi andalan gue untuk urusan beginian : musik dan gigs, kadang juga bokep (untuk yang terakhir ini kita sebenarnya berbeda aliran, dia super duper hardcore sedang saya softcore). Pukul setengah enam gue sudah tenggo bersama Ian menuju PPH Umar Ismail di daerah Kuningan. Tertulis acara akan dimulai pukul 19:00, jadi masih ada waktu untuk batalin puasa di Pasar Festival. Karena, menonton konser dengan perut lapar tidak baik untuk kesehatanmu.

Sepertinya acara akan terlambat dimulai, suatu hal yang biasa sih. Tapi tak apa, venue malam itu dipenuhi banyak gadis-gadis muda belia lucu-lucu dengan dandanan masa kini. Huh, tiba-tiba gue merasa begitu tuanya, om-om botak, beransel, kucel setelah seharian membanting tulang dan dengan dengan kostum kantoran culun. Tapi tak apa, mengagumi ciptaan Tuhan bukanlah sesuatu hal yang buruk (mengagumi = curi-curi pandang mati-matian menahan mupeng). Acara launching Sore ini disponsori Dunhill, karena itu disediakan lounge ala kadarnya di sebelah kiri pintu masuk. Semua tiket, baik Invitation ataupun yang beli juga sudah termasuk satu botol minuman beralkohol. Asap rokok dimana-mana, gak nyaman. ABG-ABG muda dimana-mana, nyaman. Sudah tidak sabar menunggu gate dibuka. Kabar baiknya adalah konser ini diadakan di auditorium PPH Umar Ismail, jadi tidak perlulah ketakutan untuk berebut tempat, karena toh kita sudah diberi nomor tempat duduk masing-masing. Sore bermain full set malam itu. Lengkap dengan brass section dan string section yang lumayan ramai di sebelah kanan panggung.
Ada movie screen di belakang yang bakal jadi Film Noir nantinya selama konser berjalan. Dan akhirnya satu persatu personel memasuki panggung : Awan Garnida, Ade Firza, Gusti Pramudya, Reza Dwiputranto dan Mondo Gascaro. Dibuka dengan “Bogor Biru” Sore bermain santai malam itu, seperti yang sudah-sudah. Sedikit naratif Awan selalu membuka lagu, sedikit cerita, lalu berkelakar, menghibur. Sounds sore yang vintage, jazzy dan distorsi riff gitar makin terasa dengan adanya potongan-potongan Film Noir di latar belakang mereka. Seperti biasa, semua personel Sore mendapat jatah menjadi lead vocal dan bahkan Gusti Pramudya pun bisa jadi Eza Yayang : drummer yang bernyanyi, eh apa Phill Collins ya ?

Sore memang salah sedikit band yang berkelas. Maksud gue banyak band-band Indie saat ini yang awalnya memang tampak berkelas tetapi dari perspektif tertentu mungkin justru lebih hebat Kangen band dalam hal orisinilitas.
Ada yang begitu the Strokes, begitu Club 8, begitu Coldplay, begitu Hellogoodbye dan wanna be-wanna be lainnya. Ini berbeda dengan Sore yang sukses mengkombinasikan progresif rock, blue note jazz, blues, pop dan sentuhan keroncong Indonesia, struktur yang gak standard tapi tetap saja ringan untuk dicerna (Eric Wiryanata, 2008). Seterusnya track-track dari Ports of Lima mengalir begitu saja dengan sedikit special jam session bersama Andi Tielman. Akhirnya semua track di Ports of Lima selesai dibawakan (set list malam itu : Bogor Biru, Vrijeman, Apatis Ria, Come By Sanjurou, Essensimo, Layu, In 1997 the Bullet was Shy, Merintih Perih, 400 Elegi, Senyum dari Selatan, Karolina, Setengah Lima, Ernestito). Sore menutup malam itu dengan Pergi Tanpa Pesan dan No Fruits for Today secara interkatif. Terimakasih Sore untuk suguhan musik yang berkelas. Semoga kalian selalu dalam kondisi sehat agar tetap bisa membuat karya yang penuh manfaat.


Labels:

Sunday, April 27, 2008

Tentang Sekolah

Masa sekolah gue adalah tentang invisible, mungkin sampai sekarang. Nobody knows me but I know everybody, kasihan ya ? Lagian dulu siapa juga yang mau berkawan dengan anak kerempeng begeng, gigi gede-gede, kepala gede, ingusan never-ending meler, garing, pendiam, culun, tak bisa berolahraga, tak pandai bermain gundu, looser kalo adu gangsingan, meski lumayan jago sih kalo mainan karet dan paling kenceng larinya kalo ngejar layangan. Gue kecil juga tentang freak, kerjanya baca, setiap kali ke rumah orang selalu bertanya ada bacaan apa, mulai dari baca Ensiklopedi, baca Koran, baca iklan, baca Smurf, Steven Sterk, Johan Pirlout, si Bob Napi Badung sampai Alferd Hitchcock, Enid Blyton, baca Sejarah Eropa, baca apa saja : lumayan freak untuk ukuran anak SD yang seharusnya sehat bugar beraktifitas di luar daripada meringkuk di kamar tak punya teman asik sendiri baca. Tapi sayangnya justru ketika masa-masa dimana membutuhkan kemampuan baca yang kuat gue justru anti sama text book, bisa mendadak mual-mual liat text book. Membeli text book di Palasari hanya sebatas supaya kamar gue tampak seperti kamar Mahasiswa teknik Informatika sejati. Dengan adanya buku programming tebal-tebal berwarna-warni berderet di rak lumayan bikin Mak gue percaya kalau gue benar-benar kuliah di Bandung, bukan main game (kadang buku-buku tebal membosankan itu suka gue injek-injek, tekuk-tekuk biar kucel pertanda sering dibaca).

Juga tentang wanita. Pertama kali ngobrol sama wanita adalah kelas 2 SMA. Shinta Maharani. Dan dia begitu kagetnya pas tau gue gak pernah sekalipun berbincang-bincang dengan wanita sebelumnya yang artinya itu udah selama 16 tahun. Sejak itu dia rajin nelepon ngajarin gue cara ngobrol sama cewek, apa-apa aja yang bisa nyelekit, nyolot, bahwa ketika berbicara sama cewek dan cowok itu sedikit banyak harus dibedakan. Karena cewek itu makhluk yang suka gak penting. Pertama kali naksir cewek juga kelas 3 SMA. Naksir mampus. Tapi gak bisa ngedeketin, sama sekali gak tau cara yang paling masuk akal untuk memulai “hai, gue Idep. Anak baru ya ? 1.6 ? gimana pelajaran Fisika semester ini ? sesusah Kimia gak ? jangan sedih karena ketika SMP emang belum ada sih ya. Dan itu cukup sukses membuat cewek itu selalu belok menghindar, parno ketakutan semacam melihat orang sakit saiko setiap lihat gue dari kejauhan. Ketika gagal pada percobaan pertama, dengan dukungan penasihat spiritual, gue mencoba melalui telepon. Tapi sama amatirnya dan lebih bodoh, karena gue tidak pernah menelepon wanita seumur-umur. Karena itu gue selalu bikin semacam perkiraan dialog yang akan terjadi nantinya, kayak naskah drama di buku pelajaran bahasa Indonesia itu. Perkiraan dialog dia dan gue. Dengan kata lain nelpon make contekan. Berikut ini contohnya, kalimat yang dicetak italic tebal adalah perkiraan dialog yang gue rancang, yang seharusnya bagaimana dia merespon. Sedang yang dalam bentuk font biasa adalah respon dia sesungguhnya yang diluar plan dan membuat gue panik sehingga respon gue pun jadi ikutan tidak menentu tidak sesuai plan.










Mulai dari sini keadaan semakin tidak terkontrol karena seharusnya dia mengikuti alur yang sudah gue buat bukan dengan selalu balik bertanya. Dialog makin tidak sesuai dengan perkiraan dan gue makin speechless bingung mau ngemeng apa lagi. Belum terlatih.






Jadi no wonder, gue tetep perjaka tong-tong selama masa sekolah. Masa dimana prom night adalah tentang adu canggih-canggihan pasangan andalan. Masa dimana serunya berburu-buru bunga-bunga adik kelas. Masa dimana kalau tanding Basket selalu ada ibu-ibu “Dharma Wanita” bukannya batangan doang yang nyuporterin. Masa dimana malam minggu adalah waktu mengunjungi pacar bukannya kumpul lagi-kumpul lagi sama sesama batangan di posko PHC atau gak lapangan basket sekolah (kita benar-benar suka gak penting basket buta malem-malem gelap tanpa lampu saking desperatenya). Masa dimana Valentine adalah hari yang ditunggu-tunggu selain Lebaran bukannya malah naik gunung menghibur diri atau caving sesama batangan. Ya, masa sekolah gue adalah tentang invisible, no body knows me but I do know everybody.

Labels:

Sunday, April 20, 2008

Chaos Theory

Chaos theory, ketidak-teraturan dalam keteraturan, keteraturan dalam ketidak-teraturan. Secara sederhana menurut wikipedia : chaos theory describes the behavior of certain non liniear dynamical system that may exhibit dynamics that are highly sensitive to initial conditions. Pernah kepikiran gak dalam kejadian sehari-hari lo memperkirakan apa yang terjadi ketika lo memilih alternatif lain untuk apa pun yang lo lakuin (yak para hadirin yang terhormat saya baru saja membuat kalimat tidak efektif yang sangat membingungkan dan tidak jelas). Misalnya gini, coba kalau lo gak berenti nyapa dosen lo pas di koridor kampus, coba kalau lo lebih cepetan markir mobilnya, coba kalau lo ketemu client tepat waktu, coba kalo lo gak diputusin mantan, coba kalo lo duduk lebih lama aja di kantin atau apa ajalah ! pokoknya buat pengandaian untuk hal-hal remeh yang udah kejadian yang ujung-ujungnya bisa mempengaruhi kondisi lo saat ini. Semua pilihan dan kejadian-kejadian kecil lo adalah puzzle-puzzle tidak teratur yang membentuk kondisi lo saat ini. Sekecil apa pun kejadian itu. Atau begini, pernah gak ngelewatin lokasi kecelakaan beruntun yang masih fresh baru kejadian trus lo kepikiran seandainya saja lo lewat situ beberapa menit lebih cepat, seandainya saja tadi lo gak ngupil dulu beberapa menit sebelum nyalain mobil, karena kalo gak ngupil kelamaan lo gak bakal kejebak macet di rush hour, karena kalo gak kejebak macet lo bisa milih alternatif jalan tikus lain, karena kalo milih jalan tikus lo bisa sampai tempat kecelakaan itu beberapa menit lebih cepat yang artinya bisa jadi lo adalah salah satu korban dari kecelakaan beruntun tersebut (yak para hadirin yang terhormat saya baru saja membuat kalimat tidak efektif yang lain). Kesannya semua kejadian remeh temeh itu adalah acak, tapi masing-masing ada kontribusi. Ketidak-teraturan dalam keteraturan.

Begitu halnya yang gue perhatiin akhir-akhir ini. Partai-partai Islam besar sedang tercoreng abis-abisan, ketahuan belangnya. Gusdur yang main asal pecat orang-orang yang tidak dia suka, tidak melalui munas sebagaimana mekanisme resmi partai pada umumnya, yang main tuduh-tuduh ancam-ancam di setiap pilkada dimana PKB kalah. Sedikit banyak konflik internal di PKB dapat membuat jelek image partai berbasis NU itu. Membuat orang berpikir ulang, bagaimana mungkin memilih partai yang tidak bisa mengurus dirinya sendiri, bagaimana mungkin memilih partai yang sibuk berebut kursi ketua, bagaimana mungkin memilih partai yang sangat otoriter dimana tiga ketua umumnya dipecat begitu saja, mana mungkin memilih partai yang sedikit-sedikit meminta restu sana-sini ziarah sana-sini dibanding berkonsolidasi berkerja nyata. Maaf, tokoh yang mengaku paling demokratis dan dianggap bapak bangsa itu justru sangat otoriter dalam kejadian ini. Lain lagi PPP. Tenang, gue gak akan membahas si Amin (si Amin disini adalah untuk Al Amin, anggota DPR suami dari pedangdut Kristina yang tertangkap di Ritz Carlton pukul 2 pagi nyari indomie telor kornet, seperti alasan kebanyakan mahasiswa yang selalu bergadang kelaparan setiap malam). Yang bikin gue kaget justru reaksi fraksi PPP yang bisa dibilang berlebihan. Mereka semua kebakaran jenggot (well, this is not actually a phrase since most of them do have) membela mati-matian, menyerocos alibi-alibi konyol asal bunyi tanpa logika, arogan menekan KPK untuk segera melakukan rekonstruksi, bersikap preman nggerudug kantor KPK. Gak pernah terbayang sebelumnya, manusia-manusia berjenggot dan hafal puluhan surat quran panjang itu bisa menjadi begitu kasarnya. Harusnya mah mereka kalem aja, gak usah panik gitu sampai mengerahkan 40 pengacara. Bukannya kalau memang benar uang itu uang halal dan bahkan satu pengacara pun sudah lebih dari cukup ? dan sebaliknya : menyediakan 40 pengacara untuk bahu-mambahu membangun alibi dan kebohongan demi menyelamatkan si Amin artinya memang ada cerita lain dibalik itu. Seberapa penting figur Amin untuk PPP ? ataukah seberapa besar dosa yang bisa dibuka Amin jika bisa dibuktikan nanti di pengadilan ?

Kontribusi mereka dalam mencoreng muka Islam lumayan juga. Kabah dan huruf arab di lambang partai huh ? Bagi gue Lia Eden dan Ahmadiyah justru jauh lebih terhormat hidupnya, setidaknya mereka layaknya tersesat dan gak pernah nyusahin orang. Tapi justru disitu ada hikmahnya, akibat kejadian-kejadian tadi, para simpatisan mereka banyak yang berpaling ke partai Islam lain. Terbukti PKS menang dua kali berturut-turut di Jabar dan Sumut, dua provinsi besar dan strategis di Indonesia. Bahkan di DKI lalu, seandainya PKS gak dikeroyok 20 koalisi butut itu bisa saja keluar sebagai pemenang. Gue bukanlah pendukung mati PKS tapi bukankah lebih baik mencoba sepatu baru dengan resiko kaki bengkak-bengkak karena ternyata kaku gak nyaman dibandingkan tetap memakai sepatu lama butut bau kucel busuk yang sudah terbukti jelas gak bakal ada baik-baiknya. Kejadian-kejadian terpisah tadi semacam Amin yang khilaf, Gusdur yang emosian dan waton njemplak, Cak Imin yang keras kepala, Fraksi PPP yang arogan di kantor KPK dan bahkan Kristina yang permainan ranjangnya kurang ok sehingga membuat Amin nakal sekalipun bisa jadi adalah potongan-potongan kecil puzzle yang tidak teratur, acak tetapi mungkin bisa saja mengantarkan PKS meraih peningkatan suara yang signifikan di pemilu nanti ? Terimakasih kepada Gusdur dan si Amin atas kontribusinya dalam chaos theory ini kalau begitu.



*) pendapat pribadi penulis, mohon maaf kalau ada yang tersinggung, pendapat pribadi sampah semacam ini setara dengan mengatakan Nafa Urbach adalah artis Indonesia paling sexy pada masanya.

Labels:

Monday, April 14, 2008

TransJakarta Matamu !
















Berawal dari ide luhur yang tampak cemerlang, program Busway makin hari semakin menunjukan kearah kegagalan. Busway sekarang adalah nama lain dari Metromini tapi dengan sopir jas berdasi, ada penjaga di pintu yang bisa otomatis terbuku-tutup sendiri, halte dan jalur khusus (yang cilokonya sering dimasukin sama kendaraan pribadi egois lain dan benar-benar mematikan sirkulasi Busway sebagai kendaran bebas hambatan dengan suksesnya). Kondisi angkutan umum yang manusiawi, aman dan nyaman tidak pernah tercipta. Di Harmoni Central Busway (believe me, konsisi tempat ini tidak secakep namanya) antrian udah kayak mau ngelempar jumroh, jadi jangan tanya lagi bagaimana kondisi di dalam Busway-nya. Hikmah satu-satunya dari kondisi sarden kaleng itu ketika di depan lo adalah gadis cantik wangi bermuka lucu : ya Tuhan gue harus mati-matian menahan ekspresi muka supaya gak norak, habis digencet-gencet aja gitu. Lumayan enak juga. Dan sebaliknya, sial banget ketika didepan lo adalah mas-mas berambut gondes (gondrong ndeso: potongan depan pendek tapi panjang kebelakang, biasanya rambut agak keriting) dengan lengan basah ketek dan bau yang lumayan berbahaya untuk menjaga kesadaran lo.


Kondisi armada Busway semakin mendekati kejadian Patas AC, udahlah buluk, AC-nya berubah jadi kipas angin, kotor berdebu minyak oli, atap juga peot-peot. Weits apalagi halte-nya, bangunan berdesain manis minimalis itu udah kayak kaleng krupuk, sampah dimana-mana, kotor, jorok dan oya, juga ada hiasan TV LCD di sana (hiasan loh, bukan LCD asli, pokoknya oknum procurement sudah senang sekali bisa menangin tender pengadaan). Padahal proyek ini baru berapa tahun tapi kondisi fasilitas dan perlengkapannya sudah sangat amat menyedihkan banget sekali pisan (lebay). Gue berani taruhan menyanyikan hit-hit Vagetoz di kolam bundaran HI kalau para bos-bos Pemda DKI tidak pernah sekalipun memanfaatkan Busway untuk berangkat ke kantor. Apalagi si Yos, yang sekarang bercita-cita jadi presiden itu (keponakan gue juga bercita-cita yang sama: Ihsan mau jadi apa Ihsan ? Jadi presiden om !), pasti juga sama sekali belum pernah merasakan dan menyaksikan antrian horor di halte-halte Busway. Orang-orang yang naik Busway bukanlah yang migrasi dari mobil-mobil pribadi, melainkan orang-orang yang biasa naik Patas, Metromini, Mikrolet, Kopaja. Mobil pribadi gak akan pernah berkurang seperti yang diharapkan, mereka sudah kadung kapok. Dengan penuh rasa hormat dan dongkol : proyek Busway jelas sudah kehilangan momentum.

Labels:

Wednesday, April 09, 2008

Corruptor Cribs

Gue punya ide untuk acara reality show terbaru di TV: Corruptor Cribs.

Acara ini tentang kehidupan sehari-hari tokoh koruptor di Indonesia. Akan ada banyak syuting di rumah-rumah mewah mereka, syuting mobil-mobil gaul dengan velg 19 inch anak-anak mereka, syuting arisan mewah istri-istri mereka, lagak gaya hidup mereka, hahahihi mereka. Tentu saja dengan gaya ngepop ala reality show Katakan Cinta® dan ilustrasi musik Bjork® atau Kangen Band®. Pokoknya dibuat semenarik mungkin dan seringan mungkin serupa acara MTV Cribs®. Ekspos kehidupan pribadi koruptor menjadi penting pada setiap kejadian White Crime. Ketika mereka aman sejahtera sentosa tidak babak belur layaknya maling ayam di kampung-kampung (yang hanya seharga 20 ribu perak) maka social pusnihment bisa dilakukan dengan cara lain. Bikin mereka malu tujuh turunan, buat mereka risih untuk bergaya dengan Jaguar, Lexus dan Alphard. Karena hukuman kurungan penjara tidak akan pernah cukup, harta rakyat yang disikat gak pernah bisa kembali, hutan yang dibabat gak pernah tumbuh dalam hitungan hari, orang miskin yang mati karena subsidi hilang juga gak bisa hidup lagi. Lalu hanya dalam hitungan bulan, mereka akan bebas dan kembali bisa berhahahihi bersama keluarga, menghadiri acara wisuda anak yang kuliah mewah di luar negri, menginap di hotel dan resort lux untuk merayakan nikah perak mereka, nonton konser The Police di Singapore tektok, mengganti velg 19 inch di Alphard mereka tadi dengan yang 22 inch. What a great life!

Ide ini muncul gara-gara berita KPK menangkap basah seorang wakil rakyat. Gemes, emosi, mangkel, jengkel, capek, apatis, lengkap semuanya. Serasa lagi jalan-jalan ngeksis di Senayan City tau-tau nginjek tai orang (OK, itu memang perumpamaan ekstrim yang aneh, gue gak bisa nemuin perumpamaan yang lebih baik lagi untuk mengambarkan kekagetan itu). Ketika si Amin ketangkap basah sedang bersama Sekda Bintan dan seorang Pecun yang konon katanya untuk gratifikasi meng-golkan perubahan status hutan lindung menjadi hutan industri di Bintan. Speechless. Kebijakan publik yang sangat gak trendi, entah bodoh apa buta karena bayangan duit panas di depan mata. Karena Dewi Persik® aja sedang getol-getolnya sok aksi mendukung Global Warming, maksud gue bahkan Dewi Persik aja paham akan isu trendi semacam itu, maksud gue bahkan Dewi Persik aja masih bisa ngerti kalo isu hutan lagi sensitif karena trend Global Warming, maksud gue bahkan sekelas Dewi Pers……you know what I mean-lah. Ditambah lagi sekarang kondisi hidup yang semakin susah: berbagai jenis minyak ilang mulai dari minyak bumi, minyak tanah sampe minyak goreng, gas elpiji yang langka, harga bahan pokok mahal, sekolah mahal, rumah sakit mahal. So, tell me why on GOD’s earth do people abuse a whore for their corrupt deal ? Baru beberapa yang lalu ada si Urip, tukang berlian yang ngaku-ngaku jaksa, sekarang ada lagi si Amin, paling sebentar juga mengaku lagi bisnis ekspor Mangga®. Gue pikir KPK terlalu cepat menangkap basah si Amin, seharusnya tunggu beberapa jam lagi, tunggu sampai si Amin bermain dokter-dokteran sama Pecun itu. Jadi Yahya Zaini® - ketua the lil dick united club – akan senang karena mendapat kawan senasib sepenanggungan. Mohon maaf, gue memang sedang generalisasi tapi sampai detik ini gue gak pernah dengar hal-hal yang baik tentang dewan terhormat itu: tidur selagi sidang, titip absen, tunjangan mesin cuci, kunjungan studi banding wisata, renovasi kantor, fasilitas laptop, sidang UU yang berlarut-larut, aliran dana BI, kenaikan gaji yang periodikal dan terakhir titit yang kecil. Kasihan.

Labels: