Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Saturday, December 15, 2007

The Sh*t Story




















Setiap orang pasti punya kisah pribadi dengan pup (versi sopan), e’e (versi anak yang lahir tahun 80an), boker (versi trend 90an) atau berak (versi abang-abang, ini vocab buang air besar yang paling gak enak didenger), what so called The Shit Story. Macem-macem pasti, mulai dari keluar di celana seperti masa-masa TK SD, WC mampet di kantor dan kita ke-gap sebagai tersangka utama, berantakan kemana-mana di pesawat, keabisan tissue dan hal-hal konyol semacam itu. Gue misalnya: gak bisa melakukan aktifitas 'penting' ini di tempat umum, atau di toilet orang lain karena memang gue kebiasaan harus langsung mandi sesudahnya. Behavior ini jelas nyusahin meski sekarang udah jauh-jauh lebih mendingan sejak kepaksa sharing toilet di Manchester. Dulu pas SMA setiap kali mau naik gunung, gue udah 'bongkar muatan' abis-abisan sebelum berangkat sebagai persiapan beberapa hari ke depan yang gak bakal ada pup-pup. Sampe sekarang gue gak bisa ngebayangin pup model naik gunung dengan cara gali lobang di tanah, arrrrgggghhhh ! mendingan dicubit bencong limapuluh kali sambil nonton sinetron Cincha Laurwa (jangan lupa aksen 't' dibaca 'che' dan r dibaca 'arw') daripada harus ngelakuin cara pup paling primitif semacam itu. Pernah pas lagi ada event lomba Hiking Nasional di Baluran tahun 1997 pas masih muda dulu, gue bela-belain jalan kaki jauh gila nyusurin sungai demi ngejauhin pusat kemping supaya mastiin gue adalah orang yang pup paling depan jadi gak bakalan ada pup orang yang lain yang ngelewatin gue (waktu itu have no choice karena kita seminggu hikingnya lanjut ke Semeru, bisa meledak gue kalo tetep ngotot nahan-nahan, kemampuan maksimal gue paling mentok 3 hari).

Tapi yang paling mendebarkan pas gue naik kapal kelas ekonomi, Lambelu, dari
Padang ke Jakarta tahun 1999. Sampe sekarang gue masih merinding kalo inget pemandangan itu. Jadi waktu itu gue lagi kencing di restroom-nya, sementara lokasi box-box toilet ada di belakang gue. Tiba-tiba ada ombak gede kapal jadi miring ke samping. Puji tuhan insting gue kuat karena entah kenapa gue iseng nengok ke belakang (dengan posisi masih asyik masyuk megang ‘itu’), eh ternyata eh ternyata tak dinyana tak diduga ada beberapa potong (maaf) tai menggelinding deras ke arah gue (karena posisi kapal miring ke arah gue). Dalam hitungan detik (sekali lagi maaf) tai-tai itu udah nyaris deket aja kena kaki gue tapi untung reflek gue selalu bagus kalo udah kepepet. Karena gue langsung berjingkat-jingkat lompat-lompat menghindari (maaf beribu maaf) tai-tai tersebut tentu aja dengan posisi masih kencing (bayangkan betapa sulit dan terjepitnya posisi gue ketika itu, lompat-lompat tapi dengan tangan tidak bebas karena sedang memegang ‘sesuatu’ yang ukurannya cukup lumayan, halah ! pesan sponsor, biased). Gak pake cuci tangan pun cuci ‘itu’ gue langsung kabur balik ke kamar karena gak lama setelah itu kapal malah berbalik miring ke arah yang berlawanan (dimana tai-tai tersebut kembali terguling-guling ke arah box toilet) dan gue bersumpah mati gak bakal ke restroom itu lagi, tidak sebelum sampai Tanjuk Priok, Jakarta.

Kalau kisah di Kapal Lambelu itu boleh dibilang versi hardcore, gue juga ada versi ndeso hardcore yang lain. Kejadian ini pas hari-hari pertama tinggal di Hardy Farm Student Hall di
Manchester. Gue yang kampung, gak biasa toilet duduk, toilet tissue, toilet kering apalagi. Karena itu gue agak heran waktu pup perdana di UK, kok ya gak ada tong sampah buat buang tissue bekas (si orang bodoh ini bener-bener gak tahu - knowledgeless - kalo tissue boleh dibuang ke dalam toilet dan memang begitu caranya). Jadi terpaksa dengan penuh rasa tanggung jawab tissue-tissue yang udah ‘bergelimangan’ bekas ngelap (d'oh, mendadak geli mulas) gue bawa aja ke kamar trus gue buang di tong sampah deket meja belajar (huuaaa, dare to imagine that ? you sleep all night long in the same room with our own sh*t ?!). Sampe sekarang gue masih eneg dan gemes kalo ngebayangin ketololan itu, apalagi hal itu sempet gue jalanin selama seminggu sebelum gue tau kalo kita boleh buang tissue ke dalam toilet karena dijamin gak akan bikin mampet gak kayak di Indonesia (sering kan ada warning sign “dilarang membuang apapun ke dalam toilet”). Ya Tuhan…



*) picture courtesy of www.howstuffworks.com

Labels:

Thursday, December 13, 2007

Chat Yang Bodoh II

Udah pernah gue posting sebelumnya kalo gue dan Yudi Bo memang ditakdirkan selalu berdiskusi untuk hal-hal yang gak penting pun gak produktif tapi justru karena itulah kita masih nyambung goblognya sampe detik ini. Chatting berikut terjadi kemarin pas kita rencana mau nonton Jiffest bareng.

Deffarmen Mehan: kapan nih nonton Jiffest ?
youtheecotton: ntar aja yok gw balik kantor jam 4
youtheecotton: mau ga
Deffarmen Mehan: ada film apa ?
Deffarmen Mehan: nonton dimana ?
youtheecotton: Blitz or Jaktheater
youtheecotton: ok, murah soalnya
Deffarmen Mehan: jam berapa bo ?
youtheecotton: magrib or jam 7 lah plg malem
Deffarmen Mehan: sip sip
youtheecotton: ketemu jam 5 or 6
Deffarmen Mehan: ya udah
Deffarmen Mehan: ada yg ok gak bo ?
youtheecotton: liat webnya aja
youtheecotton: http://www.jiffest.org
youtheecotton: biar ntar tau antri nonton apaan
Deffarmen Mehan: tapi kayaknya kok jelek-jelek ya
Deffarmen Mehan: banyak jg ya film si Punjabi germo bersodara itu yang lolos jiffest
Deffarmen Mehan: howcome ?!?!?!?! watdefak ?!?!?!?!?!?
Deffarmen Mehan: disogok kali ya ?!
Deffarmen Mehan: jiffest bukan filmnya unik-unik biasanya ?
youtheecotton: iyeee gilaa
youtheecotton: BBB aja masuk
Deffarmen Mehan: BBB itu sebenernya bisa bagus bo
Deffarmen Mehan: kalo seandainya BBB genre-nya ‘semi’ atau gak ‘hardcore’ gitu
Deffarmen Mehan: wew, mantap pasti, gue langsung ngantri paling depan !

Yah begitulah kita membahas mengapa banyak film-film horor kacangan yang masuk Jiffest tahun ini dan kita juga berkhayal seandainya bakat-bakat para personel BBB ‘dioptimalkan’ daripada serba nanggung, akting : ya gitu deh dan nyanyi : ya gitu deh, mending buat terobosan pelopor film 'semi' Indonesia, pasti akan dikenang sepanjang masa. Daydreaming huh ? BBB in XXX edition ?! tapi pertanyaannya berikutnya yang bakal gue pantengin si Dimas Beck atau Laudya Chintya Bella ? sama-sama ok sih.

Labels:

Monday, December 10, 2007

Penting Gak Penting

Lucu deh, kalo ngeliat kondisi jalanan di Jakarta yang selalu macet riang gembira terus dikontrasin dengan adanya isu krisis minyak dan global warming yang lagi trend (yang mana hampir semua lapisan selebritis mengkampanyekan hal itu biar ketok wangun). Pas minyak dunia lagi mahal-mahalnya kita malah asik membuang-buang bensin juga emisi karena macet yang gila-gilaan. Karena itu positif bakal ada pembatasan premium untuk mobil pribadi dalam rangka memaksa pengendara mobil pribadi pindah ke kendaraan umum. Tapi sekali lagi ini sebuah solusi instan yang gak akan bisa mengurai carut-marut masalah transport di Jakarta, yang sebenarnya juga hasil solusi-solusi instan tumpang tindih periode-periode sebelumnya.

Sebenarnya mau pake pembatasan premium kek, three-in-one kek, jalanan bertarif kek, parkir mahal kek atau apapun itu selama masyarakat kita gak punya pilihan mau gimana ? selama bus-bus yang udah ada sejak jaman Warkop masih komplit berempat itu jadi satu-satunya pilihan transportasi umum mau gimana jal ? siapa juga yang mau naik bis panas, sumpek, lemot, gak aman, kebanyakan ngetem kayak gitu ? Setuju gak kendaraan umum dalam kondisi apapun gak pernah menyenangkan ? kalo lagi kosong dia bisa lambat setengah mampus tapi sekalinya penuh bisa ngebut kayak setan. Gak perlu muluk-muluk busway, subway, waterway (ini proyek paling dagelan di manggarai), highway atau way-way lainnya soalnya yang penting mass transport paling basic ini – bus umum - dibenerin dulu. Kalo busnya enak dan nyaman pasti juga banyak yang mau pindah, apalagi terus di-follow up sama peraturan-peraturan yang nyusahin pengendara mobil pribadi. Sekali lagi, meledaknya jumlah kendaraan pribadi karena kita masyarakat memang gak punya pilihan lain.

Kadang gue penasaran pengen liat company profilenya Mayasari Bhakti, PPD, Patas, Kopaja, Metromini. Karena enak juga kali ya usaha yang make model setoran gitu, mereka gak perlu putar otak mikir susah-susah untuk memutar roda bisnis, manajemen, ekspansi, inovasi. Tinggal sewain bus (dengan kualias kancut), tetapin harga setoran harian dan selesai sudah. Sebenarnya sistem setoran beginian buruk sekali, ini salah satu penyebab utama sopir bis ugal-ugalan karena emang harus ngejar setoran. Di sisi lain Busway seringkali malah terlalu norak gak penting : ngapain sopirnya pake jas segala, bangkunya pake beludru yang susah dibersihin, haltenya pake pintu otomatis, jembatan-jembatan yang boros tapi kok AC udah gak dingin, jalanannya mulai bocel-bocel, jadwal bus yang suka-suka. Yang penting jadi gak penting, yang gak penting jadi penting, penyakit lama yang sudah mendarah daging disini.

Labels:

Friday, December 07, 2007

Bumi

Bumi tempat kuberpijak
Tadi pagi tersedu-sedu
Banyak soal dia mengadu

Iya, semuanya !
Dia, aku, mereka
Kamu, kita, sama saja

Bumi tempat kubertolak
Serupa si tua tanpa wibawa
Seperti si culun jaman SMA
Kepalanya di toyor kesana kemari

Labels: