Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Saturday, October 10, 2009

Hey, This is UK !











Tahukah anda negara mana yang memiliki jumlah universitas terbanyak di Dunia. Amerika ? Jepang ? Jerman ? Um um nope, jangan kaget tidak disangka negara dengan jumlah universitas terbanyak di dunia adalah : India. Seriously. Karena itulah alasan mengapa saya memutuskan mengambil master di Inggris (lah ?!). Karena Inggris adalah negara dengan imigran India terbanyak di planet bumi. Loh tidak ada hubungannya memang, meskipun bisa saja kalau ingin dipaksakan : begitu hebatnya magnet pendidikan Inggris sehingga masih bisa sangat menarik pemuda-pemudi dari suatu negara dengan jumlah universitas terbanyak di dunia. Baiklah itu memang terdengar cukup maksa. Tapi yang jelas saya punya beberapa alasan kenapa United Kingdom (selanjutnya UK) sebagai tujuan pendidikan saya.

1. Biaya. Banyak yang tidak tahu. Biaya master di UK itu bisa lebih murah jika dibandingkan dengan destinasi pendidikan luar negri populer lainnya, taruhlah Australia. Memang sih sepintas kurs poundsterling lebih mahal dibanding dollar Australia. Salah kaprah inilah yang sering membuat kesan belajar di Inggris jadi mahal tak masuk akal. Tapi jika dihitung lebih lanjut maka jangka waktu satu tahun untuk master di Inggris relatif sama atau malah lebih murah dengan master satu setengah tahun di Australia. Hei, saya serius. Saya tidak sedang jualan kecap menggombal seperti agen konsultan di pameran pendidikan kebanyakan. Mari kita coba hitung. Saya mengkonversi GBP dan AUD semuanya ke USD, maka kira-kira begini : admission fee University of Manchester sebesar USD 19,550 (untuk satu tahun master) sedang Monash University USD 22,890 (untuk satu setengah tahun master). Biaya hidup kuliah setahun di UK (saya ambil dari internet) rata-rata sebesar USD 13,328 sedang Australia (saya ambil dari situs IDP ) untuk 1.5 tahun adalah USD 16,275. Jadi jika ditotal USD 32,878 untuk selesai master di Manchester sedang USD 39,165 untuk di Melbourne. Harap diingat apple to apple comparison disini adalah biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu master, bukannya membandingkan biaya yang dibutuhkan tiap tahun. See ? sedikit lebih rendah kan.

2. Reputasi. Tidak bisa disangkal UK memiliki sejarah pendidikan yang sudah lama dan cukup tua. Dengan adanya 2 dari 10 Universitas tertua di dunia : Oxford (est. 1167) dan Cambridge (est. 1209). Oh, tentu saya cukup tahu diri dan rasional kok untuk tidak mendaftar ke dua universitas tersebut, tapi setidaknya universitas top 5 atau 10 sajalah. Karena jelas saya tidak akan menempuh 10,872 km, 18 jam penerbangan kelas ekonomi yang membosankan hanya untuk belajar di common local university disana. Atau jika ingin dilihat dari jumlah peraih nobel (1901 – 2005). Setelah Amerika Serikat, Inggris berikutnya terbanyak dengan memiliki 21 peraih nobel Kedokteran, 19 nobel Fisika dan 22 nobel Kimia. Itu cukup menunjukan bagaimana negara ini kental dengan tradisi pendidikan tinggi dan riset. Tapi reputasi elit ini akan berbanding lurus pula dengan usaha. Konsekuensinya belajar yang lebih fokus. Waktu kuliah master di UK memang lebih pendek 6 bulan dibanding negara lain, artinya ada 10 mata kuliah yang harus dikunyah hanya dalam waktu 10 bulan. Itu masih diluar tesis. Atau assignment pertama pada hari kedua perkuliahan yang cukup membuat stres. Jadwal disini padat dan butuh kerja keras memang. Tapi tenang saja, kesempatan jalan-jalan pasti akan selalu ada dan bisa dicari. Sangat bisa.

3. Musik. Ketika presentasi di depan orang tua saya, saya selalu bargumentasi sok analitis menjabarkan dan menjelaskan kelebihan biaya dan reputasi kuliah di UK. Bahkan SWOT analysis segala. Tapi sebenarnya inilah alasan utama kenapa UK. Manchester. Karena Manchester adalah Mekkah buat saya. Manchester dengan lusinan band-band legendarisnya yang hingga kini masih menjadi inspirasi dan memberi pengaruh ke seluruh dunia. Manchester sejatinya adalah tentang Madchester sound. Kota-kota lain seantero UK pun sama saja, mulai London hingga Bristol, Cardiff hingga Aberdeen. UK akan selalu menjadi pusat referensi banyak musisi saat ini. Ada sedikit perasaan aneh dan merinding nanti membayangkan bisa berjalan di trotoar yang sama yang pernah dilewati Bernard Sumner (New Order), memakan Fish and Chip di kedai yang sama dimana Lisa Stanfield juga sering memesan, sunbathing di taman tempat Morissey (the Smiths) biasa mencari inspirasi atau nongkrong di Tavern yang sama dimana Liam dan Noel (Oasis) muda masih luntang-lantung. Ya Tuhan, tak pernah terbayangkan sebelumnya ketika SMA dulu akan mendapat kesempatan ini. Masa ketika itu hanya mampu memutar kaset bajakan Stone Roses bolak-balik dan nanti saya akan benar-benar berdiri di depan the Hacienda, klub legendaris bagi kaum jamaah Manchesteriyah. Puji Tuhan Alhamdulillah.

4. Bola. Siapa yang berani meragukan liga Inggris Premiership saat ini ? Dominasi klub-klub Inggris di liga Champion Eropa sudah cukup untuk menunjukan reputasi Premiership sebagai salah satu liga terbaik di muka bumi. Tapi saya tidak perduli karena toh saya tidak begitu gemar menonton bola. Meskipun nanti fakta anda tinggal di negara bola ini akan cukup membantu sebagai bahan pembuka bahan pembicaraan dengan wanita-wanita ABG yang anda temui di facebook. Social engineering. Anggap saja ini opportunity sekaligus rejeki. Karena pada akhirnya saya sering menerima puluhan message bernada sama : “hi kamu ! lagi di UK ya ? wah enak dong bisa nonton Lampard tiap hari, add YM aku ya, MSN ada gak” (?!). Tapi sumpah demi Tuhan, reputasi sebagai negara bola ini tidak pernah menjadi salah satu alasan saya dalam memilih UK untuk pendidikan Master saya. Lagi pula sudah sedari dulu saya penggemar berat Liverpool bukan Manchester. Amit-amit setan merah.

5. This is UK. Pada akhirnya ini adalah UK. Bahkan tidak perlu ada Oxford dan Cambridge sekalipun, tidak perlu ada puluhan penerima nobel, tidak perlu ada Ian Brown, tidak perlu ada Steven Gerrard disini karena ini adalah UK. Gaya berbicara dan aksen yang janggal, mod culture, gedung-gedung yang berusia ratusan tahun, minum di pub karena Starbucks akan selalu lekas tutup sore hari, Kari dan Tandoori adalah makanan nasional, nikmatnya libur extra setiap kali banks holiday, keripik Walkers dan bir dingin dari Tesco atau Sansburry, Greggs yang hambar sebagai menu sehari-hari, band-band keren bermain sepanjang minggu, black cab dan double decker. Di UK anda tidak hanya akan belajar, anda akan menemukan kehidupan unik anda yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Membuat anda berharap tahun ajaran adalah momen ajaib yang selalu rekursif berulang yang artinya anda akan dapat tinggal lebih lama. Berulang dan lebih lama lagi. Hei, ini adalah UK. Percayalah.


Labels: ,