Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Monday, April 16, 2007

Institut Perbencongan Dalam Negri

Mengikuti kasus IPDN ngingetin gue akan film Disturbing Behaviour, yang ceritanya tentang proyek untuk memproduksi manusia2 sempurna : role model manusia2 cerdas tanpa cela tapi ternyata memiliki efek yang mengerikan. Bagi gue IPDN hampir serupa, seragam yang membuat mereka lebih seperti robot, kepangkatan, barak2, hukuman fisik. Agak aneh karena setelah lulus mereka tidak diharapakan untuk jadi militer yang kaku dan keras, mereka jadi pamong praja yang justru harus luwes terhadap masyarakat. Barak2 kedaerahan yang ada akhirnya makin melengkapi kotak2 di IPDN, ada kotak antara senior junior dan juga ada kotak antar propinsi.

Bisa jadi niat awal IPDN bagus, ingin mencontoh Akmil sebagai kawah candradimuka untuk future leader ABRI maka IPDN adalah versi sipilnya. Tapi lagi2 aneh, entah kenapa mereka bisa jadi sok2 militer wanna be gitu padahal jelas2 nanti kerja mereka bukan nenteng Carbine, nerbangin Sukhoi dan bahkan bawa pentungan Satpam pun gak. Kerja mereka nanti tuh paling juga sekitaran nyetempel KTP, ngasih sambutan di acara sunatan masal kelurahan, jadi inspektur upacara Agustusan dengan 'jam ngantor' yang dimulai dari jam 9 pagi sampe jam 2 siang (saja). Lalu pembinaan disiplin yang digembar-gemborkan itu mau ditaruh dimana ? pukulan2 ke bagian vital manusia, tendangan2 ke dada itu apa relevansinya ? Sebenarnya hal itu justru makin memperjelas mereka adalah sekumpulan orang2 yang gagal masuk ITB, UI, UGM pun STTTelkom (untuk kampus yang belum disebut jangan marah >_<) dikarenakan otak yang pas2an jadi gak bisa make logika. Mereka justru jadi seperti sekumpulan orang2 pecundang yang mau cari aman dengan sekolah kedinasan PNS karena gak pede dan takut bersaing untuk kerja di Unilever, BI, Astra, IBM, BNI (untuk kantor yang belum disebut jangan marah >_<). Alih2 tampak Jantan dengan potongan cepak dan seragam militer, obviously mereka adalah bencong2 yang beraninya mukul orang kalo rame2, beraninya ngegebuk tapi gak boleh dibales. Yang bagi gue malah lebih bencong dari pada bencong karena setau gue bencong di Taman Lawang Jakarta atau jalan Sumatra Bandung atau jalan Kapas Jogja pun bakal ngejar lo abis2an kalo lo gak mau bayar, meskipun mereka hanya sendirian.

Kasus ini jadi penting karena IPDN adalah gambaran struktur dan pola pemerintahan Republik ini di masa depan. Ketika senior junior lebih dihargai dari pada kemampuan, ketika seragam dan pangkat jadi legalisasi untuk menjalankan tradisi barbar, ketika pelajaran (yang mereka istilahkan) disiplin justru mematikan semua kreatifitas. Bahkan sampe detik ini pun mereka masih kompak tutup mulut menutupi borok yang sudah benar2 busuk, ini adalah pelajaran fundamental pertama mereka supaya nanti kalau sudah jadi pemimpin harus kompak untuk semua hal2 yang buruk sekalipun (misal : korupsi berjamaah, studi banding abroad berjamaah, beli laptop berjamaah dan aksi2 bejamaah lainnya). Lalu siapa yang bisa menjamin pembodohan selama 3 tahun itu (yang dibiayai uang rakyat) tidak akan mereka bawa ketika kembali ke masyarakat ? IPDN memang harus diaudit benar2 dan dievaluasi total. Sebenarnya hal itu bisa dimulai dari yang paling sederhana, ganti aja tulisan besar dan gagah di gerbang masuk kompleksnya dengan : IPDN - Institut Perbencongan Dalam Negri.


Labels:

5 Comments:

Blogger Nadherna Indonezia said...

setuju!!! tapi apa iya sistemnya bisa dirubah? ky uda terlalu mendarah daging.. kasusnya udah gede kaya gini tapi masih bisa ditutup-tutupi..

8:59 PM  
Anonymous Anonymous said...

"...bencong di Taman Lawang Jakarta atau jalan Sumatra Bandung bakal ngejar lo abis2an kalo lo gak mau bayar, meskipun mereka sendiri"
ketauan... sering ga bayar ya?? ckck..ckckck.... (bertobatlah nak) -.-"

12:41 AM  
Blogger om idep said...

Koe ki kere kok ya, lah wong lagi tema serius je. Aku biyen ki wegah mabyar lah mung demok kok, pengen ngetes asli opo ora....>_<

5:11 AM  
Blogger Nadherna Indonezia said...

*cekaka'an mode*
mesti diselehi tulisan guede, mas idep..
"MEMEGANG BERARTI MEMBELI"
hahahahaha...

8:36 PM  
Anonymous Anonymous said...

buat widya:
aku yakin bisa diubah. lha wong aku sudah pernah mengalami yang semacam itu. kuncinya di petinggi-petingginya.

perubahan emang ga enak, makanya banyak yang ga suka perubahan.


buat idef...
def, aku wis mulih neng jogja... kerja neng kene saiki. huehehehehehe

tapi aku tetep pingin neng luar negri je, cari kerja atau kuliah. kasi ide dong...... kasi jalan.... plissss...

2:57 AM  

Post a Comment

<< Home