Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Monday, January 14, 2008

Tempe

Kalau tempe itu adalah cowok pasti sekarang lagi belagu-belagunya, seandainya cewek lagi ganjen-ganjen dan sok laku gitu. Bertahun-tahun tempe itu udah jadi lauk rakyat yang murahan mendadak jadi barang langka di pasaran gara-garanya kedele - bahan baku utama tempe - harganya naik lebih dari 150%. Tapi asli, gue juga baru tau kalo tempe itu ternyata make kedele import tho. Woohoo, ternyata selama ini tempe yang kita makan gak kalah elit dengan makan di Sizzler yang suka ngebeda-bedain antara sirloin lokal dan sirloin impor. Serasa gak mau kalah sama steak yang pake istilah impor-imporan, tempe pun juga berbahan baku kedele impor dari Amerika, beuh gaya abis.

Perasaan sejak jaman SD kita udah di propaganda “Hey anak-anak, negara kita adalah negara agraris sedang Amerika dan Eropa adalah negara industri, dari situ terjadilah kerjasama yang menguntungkan dan kita saling membutuhkan”. Negara agraris mbahmu ! sekarang semuanya serba impor aja gitu, bahkan beras pun kita tak malu impor dari Vietnam, negara yang masih serius sibuk berperang sementara kita udah bisa punya stadion terbesar dan tercanggih pada masanya. Selain istilah Negara agraris juga ada propaganda “Hey anak-anak, kita adalah bangsa maritim, nenek moyang kita konon pelaut ulung”. Bangsa maritim untumu mrongos, makin hari nelayan sepanjang pantai utara Jawa makin sekarat penghidupannya, dihantam harga solar yang selalu melambung, langka ditambah lagi cuaca yang gak bersahabat. Boro-boro bisa balik modal setiap kali melaut yang ada mereka lebih sering merugi dan cuman bikin utang mereka numpuk yang gak bakal lunas tujuh turunan.

Jujur aja, nelayan dan petani adalah salah dua profesi yang gak dihargai di negeri ini (dari sekian banyak profesi lain sejenis macam guru, polisi, tentara, dokter) dengan pupuk yang mahal, bibit yang susah didapat, permainan kelas tinggi, harga komoditi yang selalu anjlok pas panen raya, bahan bakar yang ajaib suka ngilang, prosedur distribusi yang belibet. Ironisnya, profesi terenak on GOD’s earth : anggota DPR, malah sedang asik-asik berhitung-hitung ‘upah’ mereka untuk setiap undang-undang yang mereka hasilkan. Seolah-olah membuat undang-undang itu gak termasuk salah satu job desc mereka sehingga wajib dihargai dengan pendapatan tambahan (dasar gerombolan yang aneh dan muka badak). Gak heran kalo makin sedikit yang minat jadi petani, mending ke Jakarta kerja serabutan hidup serabutan daripada di kampung : serabutan mati. Gak ada proteksi dan endorsement supaya orang-orang mau jadi petani dari negara. Gak bisa gak, sudah seharusnya kita konsisten mau jadi negara agraris apa negara industri atau malah negara konsumsi ? Supaya semua kebijakan bisa terintegrasi dan terarah jelas ke satu titik. Lah ini ngemengnya negara agraris tapi sok-sokan bikin industri pesawat terbang ? ngakunya negara agraris tapi sok-sok mau bikin mobil nasional ? Yang basic-basic dulu aja om gak usah muluk-muluk mau jadi bangsa high-tech. Kalau makan tempe tahu aja udah gak bisa trus mau makan apa lagi bangsa ini ? (jie jie bahasa gue kayak pak guru Pancasila)

Labels:

6 Comments:

Blogger RinaFitri said...

dirumah gue masih ada tempe dep..
tahu juga masih ada..

gue pikir, pemerintah sendiri sebenarnya ga tau harus mulai darimana buat beresin semua..

*ini isyu doang bukan sih dep.. biar dibuka pintu impor kedelai tanpa pajak..

6:42 PM  
Blogger penne.pesto:) said...

dep, g baca terus kok blog lo.
biar tampang lo kyk gitu (tuh kan, emang apa yg salah sih sm tampang lo??), tp lo kalo nulis apa2 bagus kok, jelas maksudnya (ini gue muji lho)

jgn males2 updatenya ya!

5:15 AM  
Blogger om idep said...

@Rina Fitri, heh anda adalah penimbun tahu tempe ternyata. Hati2 mulai bulan ini bukan hanya penimbun sembako dan BBM yang dianggap kriminal. Ya itu benar, tapi itu hanya solusi temporer bukan permanen, bagaimana pun segala sesuatu yang impor bakal melesat sejak harga minyak dunia naik, komponen biaya transportasi juga membengkak..

@rossyy, Hoiiiii anak kecil yang mendapat nilai 100 untuk ujian matematikanya, ada masalah apa ya dgn muka gue ? Iya iya, muka gue emang suka oon, puas lo puas ?

5:43 AM  
Blogger RinaFitri said...

bwahahahaha...

gue calon anggota dpr.. gue juga masih makan tahu tempe..

berartiiiiiii.. T_T

7:59 AM  
Anonymous Anonymous said...

aduh di ul mat terakhir cm dpt 9.3 ni dep, tetep aja, kecil2 gue pinter kaaan:p

8:48 AM  
Blogger Prabowo said...

Propaganda lagi: Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah dan tenggang rasa. Ini bener2 gundulmu amoh... Ramah & tenggang rasa koq sukanya tawuran di pilkada dan sepakbola. Kekekekek... :D

5:13 PM  

Post a Comment

<< Home