Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Sunday, April 22, 2007

Vintage Roll Archive : Presiden Wajib Kuliah ?

Ini adalah blog ketiga yang gue tulis tiga tahun yang lalu, jaman masih muda, jaman Megawati masih jadi presiden, jaman album Radja belum meledak, sewaktu gw masih melacur hidup bahagia di Bandung. Tulisan sampah yang sok tau dan emosional ketika isu UU Capres dinegosiasikan.



Georgia, negara sempalan Uni Sovyet, memiliki kondisi sama dengan Indonesia : separatisme, korupsi gila2an, duit gak ada, elite yang sangat makmur kontras dengan setengah lebih penduduknya yang masih dibawah kemiskinan. Tapi ada satu perbedaan 'kecil' yaitu pemimpin ! Presiden baru georgia sekarang, Mikhail Saakashvili (Misha), presiden muda (36) alumni Universitas Kiev Ukraina, Universitas Colombia New York, Universitas George Washington, Diploma dari Institute of Human Rights Strasbourg, Perancis. Lancar enam bahasa international. Gak heran kalau Kabinet yang disusunnya berisi orang2 muda, lulusan Harvard, dan juga multibahasa. Sekadar informasi, Misha pernah jadi mentri kehakiman pada era pemerintahan sebelumnya, tapi mengundurkan diri karena gak tahan sama lingkungan dan koleganya yang sangat2 korup (Kompas 6 Maret 2004). Dan sekarang mereka semua sedang giat2nya merangin korupsi secara nyata (gak hanya dengan slogan2 dan pamflet2 kayak disini).

Sedih betul kalo dibandingkan pemimpin2 kita pada era reformasi sekarang, bagai langit dan bumi. Presiden lulusan SMA, mentri lulusan SMA (gak semua sih), parlemen lulusan SMA... Tanpa merendahkan kualitas orang2 yang hanya lulusan SMA, tapi jaman sekarang udah sepatutnya para pemimpin tu kaum terpelajar. Meski benar track pendidikan yang keren gak menjamin kesuksesan seeorang dalam memimpin, tapi setidaknya itu bisa menjadi gambaran kapabilitas mereka. Kita gak bisa pura2 bego mengamini pemikiran "Pemimpin tu yang penting bijaksana, toh bijaksana gak akan diajarkan di Sekolah" (Roy Janis, sewaktu pro-kontra UU Capres). Padahal dulu, pemimpin kita jaman pergerakan nasional hampir semuanya lulusan belanda, orang2 cerdas banjir beasiswa. Lah kan jadi konyol banget kalo sekarang malah kebalikannya, malah mundur besar2an.

Setuju kalau kita tu emang harus benerin diri masing2 dulu, ngaca diri sendiri, jangan nuntut2 terus. Tapi suka gak suka tetap saja pemimpin akan membawa pengaruh besar untuk kemajuan suatu bangsa. Makanya mereka diberi fasilitas lengkap, digaji besar, dipilih dengan biaya mahal, fotonya ada dimana2, dipercaya jutaan orang. Kita gak perlu superman kok (meminjam impian gema), kita gak perlu berharap2 cemas nunggu satrio piningit, mengidam2kan kedatangan sang ratu adil. Yang kita perlu pemimpin yang genuine P-E-M-I-M-P-I-N, orang yang menjadi besar karena dirinya sendiri, bukan karena bapaknya proklamator, bukan karena kakeknya pendiri NU, bukan karena papanya presiden terlama, bukan karena suaminya pahlawan.

Ah seandainya ada lusinan Misha di bumi ini untuk dibagikan ke Indonesia, Haiti, Liberia, Afghanistan, Sudan, Amerika, Israel...


*) blog ini disunting dari personal web saya

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home