Scraps In Scraps Out

This is my Blog. There are many like it but this one is mine. My Blog is my best friend. It is my life. I must master it as I must master my life. Without me my Blog is useless. Without my Blog, I am useless (Jarhead)

Saturday, October 06, 2007

The Gorgeousless Traveller (Barcelona : Paelas, Shangria dan Susu Gratis)















Dan kami pun bersumpah tidak akan memakai Ryan Air lagi. Tiketnya murah memang, sedikit lebih murah dibanding Jet2 pun Easyjet. Tapi trik mereka dengan memakai bandara luar kota yang jauhnya seanjing-anjing demi menekan cost. Dan itu bisa dikatakan curang karena mereka tetap akan menuliskan nama bandara antah berantah itu dengan nama kota besar di negara yang bersangkutan. Untuk kasus kami misal Beauvais Paris, itu curang karena Beauvais kota lain masih 2 jam dari Paris bukannya nama Bandara. Itu sama aja dengan menuliskan Subang Jakarta atau Bandung Jakarta, jadi seolah-olah bandara Subang atau Bandung itu masih berada di wilayah Jakarta. Sumpah kami ini juga dikarenakan naik Ryan Air iru ‘seru’ udah berasa kayak Battle of Britain aja, goyang-goyang dan landing sedikit miring dengan hentakan yang sangat keras. Jadi begitu sampai di Gyrona Barcelona (lagi-lagi mereka melakukan trik tipuan yg sama, padahal Gyrona itu kota kecil 2 jam dari Barcelona) wajar kalimat pertama yang saya ucapkan : Ryan Air, Asu tenan !

Dari Gyrona kita harus keluar 10 Euro lagi supaya bisa sampai
Barcelona. Begitu sampai di Arc De Triomph, coach station-nya Barcelona kita segera melakukan first think first: cari informasi bagaimana system transportasi kota tersebut (harusnya informasi semacam ini sudah di googling sejak awal tapi karena semua serba mendadak kita banyak memakai metoda go show). Ternyata di Barcelona juga ada tiket transportation mulai dari bis, tram sampai metro untuk 2 hari, 3 hari atau seminggu. Kita juga minta peta kota karena dengan dodolnya si Fredo ninggalin buku Lonely Planet yg udah bela-belain gue beli 7 GBP di WHSmith Arndale tepat sehari sebelum pergi. Nyari hostel yang udah kami booking via online sebenarnya mudah tapi sialnya karena ada renovasi Metro maka kami terpaksa jalan kaki (untungnya sudah megang peta). Tapi jalan kaki di Barcelona enak kok, trotoarnya lebar banget, sama lebarnya dengan lebar jalan. Tiba-tiba ada cewek Spanish (Spanish disini bisa diartikan cantik) yang senyum-senyum ke kami dan dengan ramahnya “Are You Indonesian”, tapi yang ada gue langsung grogi kayak looser-looser di film Teenage Hollywood (as usual I always do that stupid shaking sound in every girl I meet for the very first time) “Er er er, yeah but how do you know ?”, “From your eyes” dia tetep senyum ramah. Dan dengan super culunnya (with the same shaking sound) gue cuman “Oh, ok nice to meet you, bye” trus balik badan ninggalin rejeki dari Tuhan pada hari itu begitu aja. Gak sampe langkah kesepuluh gue sontak gregetan sama keculunan kita,”Arrrghhh, kok kita bego sih do, malu-maluin, dasar cupu berat, balik lagi gak do ? cantik bro cewek tadi, lumayan berat kalo bisa jadi guide dari pada gue beduaan sama lo doang, bego bego”. Tapi akhirnya kita berpikir positif sok laku “tenang baru setengah jam di Barcelona kita udah laku, bakal masih ada yang kayak begituan lagi dalam 3 hari ke depan ini”. Sayangnya kami salah total, pikiran yang sangat sangat GR PD jaya yang tidak tahu diri, ternyata mereka adalah yang pertama dan terakhir. Dasar emang gue yang culun bego grogi kampong norak, rejeki Tuhan gak dihajar bleh aja.















Bagaimana pun juga kami beruntung karena sampai di
Barcelona bertepaatan dengan malam sabtu, wiken aja gitu, jadi sehabis menaruh backpack di hostel kita langsung ke La Rambla, the most happening street in Barcelona. La Rambla jalan kecil dengan trotoar super lebar di tengahnya, di trotoar inilah ada kafe-kafe spanish yang hampir semuanya menyediakan Shangria (red wine dingin yang dicampur dengan buah-buahan, jadi rasanya segar tanpa rasa sepet di belakang) juga berbagai jenis Paelas (nasi bakar khas Spanyol yang benyek seperti risotto), street performer dan toko-toko souvenir. Khusus wiken La Rambla akan selalau ramai sampai tengah malam, banyak hal-hal menarik yang bisa dilihat. Keesokan paginya, kami merencanakan untuk ke Nou Camp, menyusuri Marina, Barri Gothic dan Sant Sebastia. Oiya, kalau lagi traveling gue gak begitu mewajibkan diri untuk mendatangi bangunan-bangunan landmark tapi lebih menikmati ke pasar-pasar tradisional, gang-gang kotanya pun tempat-tempat publik lainnya untuk menangkap atmosfer asli kota tersebut. Mendatangi bangunan landmark artinya kita akan berkumpul sesama turis dari negara lain yang gak ada bedanya antara kita ngunjungin Borobudur dengan Menara Eifel.

Barcelona kota yang unik, maklum sebagai daerah Mediteran adalah daerah transisi khususnya Spanyol karena pernah dikuasai Islam. Sebagai ibukota budaya Spanyol, Barcelona sempat menjadi basis separatis Catalan sebelum diberikan otonomi khusus dan kembali lagi ke pemerintah pusat. Arsitektur Barcelona tampak lain dibanding arsitektur Renaissance, Victorian atau arsitektir Eropa tengah yang sudah kami kunjungi beberapa hari sebelumnya. Dengan lengkung, atap datar, lebih ke perpaduan budaya Islam dibandingkan arsitektur Eropa. Yang paling keren katedral tua, beda banget dengan Canterbury pun Notre Dame. Catredal Barcelona begitu khasnya dengan menara-menara tinggi kurus ala catalunya. Tapi itu belum seberapa unik dibanding Famili la Sagrada, katedral yang dijuluki the never ending project karena sudah dimulai sejak akhir abad 19 dan sampai sekarang belum selesai. Dirancang Gaudi sang maestro, Famili La Sagrada menurut gue lebih mirip rumah-rumah planet Mars seperti ilustrasi di buku fiksi Herbert George Weells dibanding katredal kebanyakan. Figur-figur patung Yesus dan murid yang dibuat kotak-kotak ala modernist-nya Picasso. Gila ! ini katedral bakal keren abis kalau udah bener-bener jadi, duh moga bisa balik lagi (tentu aja bukan sama Fredo lagi, harus sama manusia dengan jenis kelamin yang berbeda *ngarep*).















Jalan-jalan di
Barcelona lumayan mudah, denah kotanya benar-benar kayak papan catur saking rapinya, semua blok sama lebar dan jaraknya. Arti mudah disini refer to Parisien dimana orang-orangnya pada gengsi untuk make bahasa Inggris. Meskipun gak bisa berbahasa Inggris tapi orang Barcelona ramah-ramah dan PD jaya selalu nyerocos pake Spanish meski kita udah ngomong gak bisa Spanish. Dipikir-pikir lucu juga, mereka berapi-api menjelaskan make Spanish dan gue cuman melongo gak ngerti sepatah pun tapi tetep ngomong “si si si” biar dia buruan selese ngejelasinnya. Saran gue kalo ke Barcelona, dari pada jalan-jalan ke tempat wisata mending lo nelusurin aja gang-gang sempit dan gelap di atau pun nongkrong di Universitat de Barcelona, banyak susu gratis disana (oiya karena kami musafir maka kami diijinkan Tuhan untuk tidak berpuasa pada hari itu). Dari Barcelona ini gue sama Fredo pisah, beliau harus balik ke Manchester sementara gue nerusin ke Belanda sendirian, yang artinya gue bakal ngelangut sendirian malam ini tidur di bandara, jamput !

Labels:

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Asik sekali...

7:49 AM  
Blogger om idep said...

Hmmmmmm tidak begitu asik juga, jangan pernah travel sendirian.

Selain ngambil foto jadi susah >_< juga pas nunggu jadwal pesawat menjadi hal paling membosankan di dunia.

4:51 PM  

Post a Comment

<< Home