Brengsek betul. Ini masih di awal minggu, tanggal tua banget, sejam menjelang pulang kantor, kepala gue bengek miting sehari penuh, dipanggil bos pula untuk tugas presentasi mendadak besok pagi dan kenapa mahasiswa-mahasiswa tolol malah memblokir jalan Sudirman urat nadi bisnis jakarta tepat jam bubar kantor ? maksud gue kenapa gak jam 1 pagi nanti saja ? Busway koridor 1 jadi stop beroperasi, jalur 08 Patas AC gak lewat-lewat, ojeg langka jadi rebutan. Asu.
Jadi begini, ada dua golongan mahasiswa di negeri ini. Golongan pertama, mahasiswa dengan IP gemilang, kampus top level nasional, memiliki soft-skill tinggi, pacar cantik, ikut jadi anggota tim inti Basket kampus, part time nulis di berbagai majalah, prestasi baru saja menjuara kontes robot, dan akan lulus dalam waktu beberapa bulan lagi. Mereka sedang tekun mati-matian berjuang agar bisa lulus secepatnya dan segera mencari kerja. Logika mereka : resesi dunia sudah di depan mata, harga minyak melejit tak terkendali, secepatnya mencari pekerjaan tetap yang settled adalah solusi paling masuk akal graduate soon then. Sukur-sukur bisa membangun karir, tanpa merubah idealis dan segera bisa mangganti orang-orang tua yang kelak mengambil kebijakan nanti. Masa depan cerah, istri cantik, anak-anak lucu, rumah mungil, dan New CRV menanti. Para calon pengambil kebijakan professional yang insyaAllah masih akan tetap berpihak kepada rakyat. 15 tahun lagi. Amin.
Golongan kedua pecundang, mahasiswa abadi yang kuliah D3 bahasa dan 5 tahun belum juga lulus-lulus, ada yang masih angkatan 98, dekil tak punya pacar jadinya stres mudah sensitif, kerjaannya hanya kongko sibuk berdiskusi di lapak-lapak pojok kampus, rokok lintingan biar murah, IP hidup segan mati tak mau, soft-skill nol besar kecuali teriak-teriak pake TOA tanpa isi, tukang mabok itu pun cuman bir merk topi-miring, raja gemblung atau bir-bir generik produksi usaha kecil rumah tangga lain, skill debat lagi-lagi nol besar hanya bisa beralasan REVOLUSI, skill karaoke sekali lagi masih nol besar hanya bisa bersenandung REVOLUSI SAMPAI MATI berulang-ulang, masa depan sangat suram karena bukan hanya kualitas pribadi yang mencret tapi juga kualitas kampus yang setali tiga uang (uangnya receh pula bukan cepekan), Karir impian paling mentok jadi anggota DPR melamar ke partai-partai kancut bermodalkan CV berisi satu baris : aktivis kampus. Semoga Tuhan mengampuni.
Sialnya golongan kedua inilah yang paling rajin banci tampil caper murahan akhir-akhir ini. Tapi mereka cerdik : biar gak rusak, biar mulus tetap mengkilap karena bertahun-tahun jarang dipakai, maka otak mereka semua di titipin di satpam kompleks rumah, jadi aman dan mereka bisa demo abis-abisa tanpa takut otaknya cidera. Mereka bahkan tak tahu kalo Soekarno Hatta yang dijadikan badge di jaket-jaket mereka adalah seorang insinyur ITB dan doktorandus lulusan Belanda, bahkan Tan Malaka yang radikal pun adalah orang yang luar biasa cerdasnya (juga gambar siluet Che Guevara yang mereka pakai, gue yakin gak satu pun dari mereka baca biografi Che yang dulunya pun adalah seorang dokter. bukan main memang tokoh satu ini). Beliau semua itu sekolah yang bener, menimbunkan amunisi lalu bergerak dengan ilmu dan skill yang mereka miliki. Tapi sore tadi, mahasiswa demo sontoloyo itu, melonjak-lonjak di pagar DPR (jadi masuk akal kalau mereka melakukan itu di kandang Ragunan, lumayan membantu para primata disana bisa beristirahat sejenak), bakar mobil, bolos kuliah, gak pratikum, blokir jalan. Ah sudahlah, gak ada gunanya, bahkan mengelus dada melihat kelakuan mereka pun sama sekali gak worth. Memang cuman ada dua golongan mahasiswa di negeri ini. Mahasiswa dan Pecundang.
*) picture courtesy of www.detikfoto.com
Labels: Thought