Gue sama sekali gak bete, gak gemes, gak mangkel, gak gondok, gak pengen ngomong “juancuk matane sapi !” ketika baca berita di detik tentang rencana pelebaran jalan Sudirman Thamrin dengan mengorbankan jalur hijau. Gak beneran kok sumpah ! Soalnya gue baru aja inget, dulu bokap pernah berteori gini (maaf sebelumnya kalau ada yang tersinggung, tidak bermaksud untuk offense bidang profesi tertentu, sekali lagi ini baru hipotesa, besar kemungkinan salah kecil kemungkinan benar).
“Tahu kenapa Indonesia gak maju2 ? karena dipimpin orang2 yang gak becus, orang2 yang bisa dibilang looser, orang2 yang bisa dibilang buangan. Rata2 pemimpin sekarang semuanya seleting sama papi. Gini asal muasalnya : dulu jaman papi lulus SMA, yang pinter2 pasti akan masuk kedokteran atau gak teknik. Sisanya yang gak keterima di jurusan2 favorit itu maka akan masuk hukum*, sosial bahkan ekonomi. Sialnya yang jadi pejabat sekarang ini kebanyakan justru dari jurusan2 buangan tadi, sedang sing pinter2 sekarang sibuk cari duit, jadi spesialis atau researcher atau malah udah di luar negri. Jadi kalau setiap keputusan dan visi mereka gak cemerlang, jauh dari taktis, gak visioner, jadi ya wajar aja….”
Sadis banget gak tu bokap gue (sekali lagi gue minta maaf kalau ada yang gak terima ya monggo. Lagian teori bokap gue tentang orang buangan tadi berlaku hanya di masa lampau). Terus siapa yang jamin kalau jago matematik bakal jago mimpin negara juga ? ra ono pak, cen ora ono ! Tapi setidaknya sekarang makin ketauan jelas yang jadi bapak2 pemimpin kita tuh gak punya visi sama sekali, gak bisa berpikir secara sistematis, boro2 'blueprint'. Dari kasus pelebaran jalan Sudirman itu aja keliatan banget kan ?
Mereka sedang berpikir lagi mainan Lego kayak anak2 TK kali ya ? yang sekadar coba2 tanpa perhitungan (namanya juga anak TK), kalo gak cocok ya dibongkar, trus dipasang lagi, trus dicoba lagi sambil sesekali ngelap ingus yang meler. Bagaimana mungkin megaproyek sekelas Busway gak pernah mempertimbangkan berbagai macam efek yang mungkin akan terjadi, memperhitungkan kapasitas jalan, simulasi kemacetan, dan efek beruntun yang akan terjadi pada jalan2 sekitar busway ?! Trus begitu ada masalah, main hajar sana sini aja**. Sepertinya bung Sutiyoso tersayang ini lupa megaproyek Busway bukan seperti proyek ngedirin pos ronda di kampung (even itu pun hansip2nya tetap penuh perhitungan gak kalah kayak insiyur sipil, buktiin aja).
Jadi ya itu gue akhirnya cuman bias ngelus dada memaklumi (apalagi pas anggota dewan yang leda-lede membeo juga). Mungkin teori bokap gue ada benernya, atau mungkin bener banget bukan hipotesa lagi...
*) Harus diakui jurusan hukum di Indonesia masih dipandang sebelah mata, gak seperti di Harvard, Utrecht atau luar negri dimana lulusan hukum justru jadi jurusan top class yang super duper susah masuknya.
**) Ketololan proyek busway sudah tampak dari menumpuknya penumpang yang gak wajar tanpa ada solusi, fasilitas yang makin rusak, pelayanan yang brengsek. Benar2 megaproyek tanpa perhitungan yang matang, gak beda jauh proyek lego ponakan gue.
Labels: Thought